Misi Rahasia ke Puncak Pelangi

Tentang 3 anak yang bersama-sama mencari petualangan yang baru

CERPEN

Eka (SMP 1 Gondang)

4/28/20252 min read

Terik siang memanaskan lahan kosong di tepi desa. Anak-anak berlarian sambil bercanda, mencoba mengusir bosan. Doni, Dika, dan Mona duduk di bawah pohon kecil, mendiskusikan sesuatu dengan wajah serius.

“Apa yang seru buat akhir pekan ini?” tanya Mona, matanya berbinar.

Doni mengangkat bahu. “Main layang-layang lagi?”

Dika menggeleng. “Membosankan.”

Mona tersenyum penuh rahasia. Ia menunjuk ke arah pegunungan kecil di kejauhan. "Bagaimana kalau kita berpetualang ke sana?"

Doni langsung terkejut. “Kau serius? Itu kan jauh!”

“Ayolah! Kita bisa mencari jalur kecil saja. Nggak perlu sampai ke atas," bujuk Mona.

Dika menatap Mona skeptis. "Kalau hujan turun atau kita tersesat?"

“Aku bawa kompas dan tali. Ayolah, ini petualangan yang akan kita kenang seumur hidup!” seru Mona penuh semangat.

Akhirnya, setelah berdebat singkat, mereka bertiga sepakat: akhir pekan ini, mereka akan memulai misi rahasia ke Puncak Pelangi.

Sabtu siang, berbekal bekal sederhana dan botol air, mereka berangkat dari lahan kosong menuju jalan setapak kecil. Awalnya perjalanan berjalan mulus. Mereka tertawa, mengabadikan foto, dan bercanda tentang siapa yang akan paling dulu menyerah.

Tapi, mendekati hutan kecil di kaki gunung, awan mendung bergulung cepat. Hujan deras turun tiba-tiba, membuat tanah licin. Doni terpeleset beberapa kali, sepatunya basah kuyup.

“Aku... mau pulang saja...” gumam Doni ketakutan, wajahnya pucat.

Mona meraih lengannya. “Sedikit lagi! Kita nggak boleh menyerah sekarang!”

Petir menggelegar. Mereka berlari mencari perlindungan di bawah pohon besar. Tapi saat mencoba kembali ke jalur, mereka menyadari—mereka tersesat. Semua jalur tampak sama.

Panik mulai menguasai. Suasana menjadi sunyi. Hanya suara hujan dan napas cemas mereka yang terdengar.

Dika menyalakan senter kecil dari tasnya. Mona, berusaha tetap tenang, mengingat sesuatu.

“Tunggu... aku ingat... waktu itu ada pohon berpita merah dekat jalur menuju puncak!” serunya.

Mereka mencari dengan senter. Di antara gerimis dan kabut, Mona menemukan pohon besar dengan pita merah pudar yang diikat di dahannya.

“Ini dia!” teriak Mona lega.

Dengan penuh semangat baru, mereka mengikuti jejak itu. Tak lama, hujan mulai reda. Awan perlahan terbelah, memperlihatkan langit sore.

Dan di ujung jalan kecil, mereka menemukan sebuah puncak kecil—Puncak Pelangi, orang-orang desa sering menyebutnya begitu.

Di hadapan mereka, di atas lembah basah, muncul lengkungan pelangi besar, indah sekali, seolah hadiah atas keberanian mereka.

Mereka berdiri terdiam, terengah-engah tapi bahagia.

“Aku... nggak nyangka bisa sampai di sini,” gumam Doni sambil tersenyum malu.

“Aku juga,” sahut Dika sambil menepuk bahu Doni.

Mona tertawa kecil. "Kalau kita nggak berani mulai, kita nggak akan pernah tahu keindahan ini."

Hari itu, di Puncak Pelangi, mereka mengikat janji kecil di hati masing-masing: petualangan ini akan menjadi kenangan yang tak akan pernah mereka lupakan.